Kamis, 26 Maret 2015

Pijer Perin


 Pinjer perin adalah dua kata yang paling banyak disebutkan beberapa bulan terakhir di tempat kerja saya, rata-rata paling sedikit dalam 1×24 jam seorang pegawai struktural menyebutkan kata pinjer perin sebanyak 131 kali (sumber: so nYAHOO.com) jadi kalau di akumulasi kira kira kata pinjer perin diucapkan sebanyak 23500 an kali oleh 180 pegawai dalam sehari. Padahal pertama pinjer perin ada di tempat kerja saya tepat 3 tahun lalu tapi kenapa baru 3 bulan terakhir ini para pegawai sering menyebutkan kata "pinjer perin"? Seolah kata pinjer perin itu keluar dari mulut queen syahrini dan disiarkan berulang-ulang oleh infotainment  dari pagi hingga sore.
Menurut pakar manajemen pinjer perin asal UNCAL (universitas Calileupheunk)  yaitu prov. namealus nami, S.Kece.,S.PPD. jika kata pinjer perin  mendadak sering dibicarakan di tempat kerja, maka kata pinjer perin tersebut  sangat berhubungan dengan value, value disini tentu saja lebih cenderung kepada variabel kompensasi, hal lain selain kompensasi seperti hayang kapileum atau hayang ngadangu sora "Terima Kasih" mungkin sangat kecil pengaruhnya sehingga bukan merupakan indikator yang kuat kenapa kata pinjer perin sering dibicarakan
Membahas kompensasi tetapi tidak membahas equity tentu seperti jalan-jalan ke Ambon tapi tidak membeli Bika Medan. Nah intinya setiap pegawai tidak akan  dipotong kompensasinya  (sebut saja tukin-bukan nama sebenarnya) bila record pinjer perin nya sesuai ketentuan perundang-undangan yang mengaturnya. Terdengar adil bukan? Yah setidaknya bagi  saya ini adil dan hidup terasa indah, bagaimana tidak biasanya istri saya hanya menerima uang gaji (dengan potongan), uang makan (dengan potongan juga) setelah ada tukin (bukan nama sebenarnya) istri saya menerima uang yang lain lagi  (tentu dengan potongan juga), setelah ada tukin istri saya tidak repot lagi bila anak bungsu kami mendadak pengen jalan-jalan ke London.
Saya  pribadi berusaha mendapatkan hasil record pinjer perin yang baik, tentu saja itu akan bermuara pada pendapatan saya, dengan cara sampai ke tempat kerja tepat waktu walau jarak dari rumah ke tempat kerja relatif jauh, bila berangkat jam 6 pagi bisa ditempuh hanya dalam 1 jam atau kurang jadi kadang saya sampai kantor bisa jam 7 kurang, dan tidak jarang saya berpapasan dengan pegawai yang baru ngabsen tapi  pulang lagi kerumahnya, dan baru ke tempat kerja lagi agak siang (disitu kadang saya merasa sedih). Tapi saya pikir itu rezeki mereka yang rumahnya berdekatan dengan tempat kerja.
Eeh tapi ternyata saya tidak sendiri geuningan banyak juga pegawai yang kadang terlambat atau yang tidak terlambat (tetapi untuk mendaptkan record pinjer perin nya di iringi darah dan air mata) mengetahui perilaku pegawai yang absen doang terus balik lagi kerumahnya, dan berpendapat ini sudah tidak bisa dikatakan adil lagi. Bahkan lebih ajaib lagi ada yang tidak masuk kerja tapi record pinjer perin nya mulus! semulus paha yoona snsd. Aslina !
Tidak akan ada asap kalau tidak ada tukang putu, beberapa pegawai mulai mempertanyakan apakah pembayaran tukin (yang masih bukan nama sebenernya) hanya berdasarkan pada record pinjer perin? ternyata ada hal lain yang harus dipenuhi pegawai yaitu Laporan Capaian Kinerja Harian (nama sebenarnya tapi tidak sesuai di akte). Tapi ternyatah si LCKH ini pun tidak memberikan kontribusi lebih untuk equity pembayaran kompensasi, bagaimana tidak pegawai yang tidak masuk kerja pun masih bisa mengisi LCKH dan mendapatkan tanda tangan dari atasan langsungnya! Saking ajaibnya dedi kobusyer pun sungkem bila bertemu pegawai macam ini.
Menurut pakar Hukum Dr.Iman Paris pan java,SH.,MH.,S.PPD. Diperaturan mantri yang membahas tentang  jam kerja pegawai tesebut ada point yang luput diperhatikan yaitu tentang siapa yang berkewajiban melakukan pengawasan kepada tiap individu pegawai.
Dan kecemburuan sosial menyangkut kompensasi dan pinjer perin ini rupanya bukan karena tidak ketatnya regulasi yang dikeluarkan menurut saya regulasi ini bahkan lebih ketat dari celana saeful jamil sekalipun, akan tetapi karena kurangnya pengawasan. Untuk mengetahui siapa yang berkewajiban melakukan pengawasan kepada  pegawai-pegawai ajaib yang bisa melakukan pinjering tetapi tidak ada ditempat mari kita tanyakan pada rumput yang bergoyang

Sabtu, 14 Maret 2015

Di Tikung Sama Kamu

Dapat pesan gambar via sosmed WA dari murid basket jaman ngelatih dulu, isinya e-brosur acara lari jarak pendek 5 dan 10 km di Bandung yang disponsori oleh salah satu Bank gede di Indonesia. Sangat menarik acara lari seperti ini bagi saya karena Walau finish urutan berapapun asal dapat menyelesaikan lari hingga garis finish pasti dapat kalungan medali, setelah buka web untuk melakukan pendaftaran online registraai untuk 5 km pendaftaran biayanya 75ribu dan untuk10 km 100 ribu akhirnya dengan pergulatan batin yang lama berdasarkan isi dompet dan lingkar perut saya menutuskan mengikuti yang 5 km saja.

Sehari sebelum perlombaan seluruh peserta menukarkan bukti pembayaran dengan starter pack yang isinya kaos olahraga merk lokal, nomor dada dan kartu E-money dengan deposit 50 ribu, dan diumumkan race akan dimulai jam setengah enam pagi 

Datang jam lima pagi saya kaget lapangan saparua sudah penuh dengan para runner beneran maupun runner kagetan garis start barisan depan pun sudah penuh bahkan temen saya melakukan lari pemanasan dulu 2 keliling lapang saparua padahal dia ikut race yang 10 km ( menurut saya yang pelari kagetan, itu buang tenaga ). beberapa menit Sebelum dimulai ada perasaan lega melihat begitu banyaknya peserta digaris start, dengan banyaknya peserta kecil kemungkinan bagi saya untuk menjadi peserta paling belakang karena prinsip saya daripada lari paling belakang lebih baik naik angkot sambil ngahuap ulen panas.

Peserta lari 10 km lebih dahulu dilepas 5 menit kemudian peserta 5km, 1km pertama masih asyik ikut gerombolan anak muda dan memasuki km ke 2 mulai agak repot karena pace nya tidak beraturan dikarenakan tidak rela di salip ibu  ibu yang setelannya tidak meyakinkan, km ke 3 mulai kerasa repot  dan tentu saja kecepatan mulai berkurang tapi Alhamdulillan di belakang masih banyak rombongan, masuk km 4 mulai kejar kejaran sama gadis dengan setelan hot pant yang bener bener sporty gak rela dong aa keduluan sama neng abg nah 500 meter terakhir mulai ditambah lagi pace nya, dan pas lagi semangat tinggi menuju garis finish ada beberapa panitia yang teriak bahwa saya harus minggir dikarenakan menghalangi pelari yang dibelakang "wtf sejak kapan balap lari harus pake minggir minggiran karena menghalangi" setelah saya menoleh kebelakang ternyata ibu ibu berusia sekitar 40 50 an, saya masih ga habis pikir kenapa saya musti minggir, karena saya seorang gentle man saya persilahkan si ibu duluan melewati saya. Agak heran juga pas ibu itu finish semua orang digaris finish tepuk tangan dan ternyata oh ternyata ibu itu peserta lari 10 km.....

Sebagai laki laki saya merasa gagal, disalip ditikungan terakhir oleh ibu ibu paruh baya yang jarak larinya 2 kali lipat lebih panjang, tetapi setelah pengalungan medali semua kesedihan itu sirna terhapus oleh sajian panitia dengan stand stand kuliner jajanan khas kota saya  dan tentu saja pembayaran hanya bisa dilakukan dengan kartu e-money pemberian panitia. Seluruh rangkaian acara ditutup oleh sajian live musik dari neneng Raisa, padahal sehabis lari tadi sudah  mandi dulu tapi tetep agak canggung mau deketin Raisa takut pas ngobrol di bilangin "aa disalip nini-nini nya?"

Kamis, 05 Maret 2015

Bagaimana Rasanya Di Motivasi Oleh Motivator Nyaanan



Beberapa hari yang lalu dari tanggal dibuatnya tulisan butut ini  tempat kerja kami kedatangan motivator handal dan paling populer di Indonesia, yoi men! tidak salah lagi dia adalah orang itu, motivator paling hebring yang saya pernah saksikan selain ketika ibu saya meyakinkan tentang keinginan saya untuk berhenti sekolah. Saya yakin niat panitia atau institusi mendatangkan motivator hebat itu bukan untuk gaya gayaan pengen foto selfie bareng pak motivator setelah acara tetapi untuk memotivasi dan meraih Value bagi seluruh peserta yang juga ada beberapa  pegawai  sehingga meningkat pula motivasi hidupnya dan bermuara pada meningkatnya kinerja. Dengan adanya tunjangan kinerja dan berbagai insentif lain yang diberikan pada pegawai oleh pemerintah tentu diharapkan muncul timbal balik berupa kinerja yang sepadan dan ditambah lagi dengan ditiupkannya bara motivasi oleh motivator beneran kepada dada para karyawan tentunya diharapkan bisa benar benar meningkatkan kinerja karyawan sampai batas yang maksimal, karena fenomena saat ini walau telah diberlakukan sistem absensi mesin tidak sedikit pegawai yang termotivasi meningkatkan kehadiran pada angka di report finger print saja hasilnya mereka berlomba-lomba absensi pagi - pagi buta dan balik lagi ke rumah masing-masing, atau keluar siang dan balik lagi pas absen pulang. Klasik
Terlepas dari itu semua saya yakin output dari acara tersebut pasti akan banyak manfaatnya untuk kinerja pegawai yang menonton acara motivasi kemarin. Ketika seorang teman menanyakan kenapa saya ga nonton acara nya saya hanya bisa menjawab sambil sedikit menyesal " saya ga bisa ikut dimotivasi euy kalau waktunya bersamaan jam kerja"

Minggu, 01 Maret 2015

Ketenangan Bekerja dan Day Care

Suatu hari saya agak heran melihat seorang teman kerja datang kesiangan, dan itu berlanjut sampai hari hari berikutnya padahal dia sebelumnya datang ke kantor pasti paling dulu. Saya sebenarnya tidak pernah peduli dengan jam kerja orang lain walau saya bekeja di bagian yang mengurusi pegawai, karena saya pikir semua hal yang berhubungan dengan kehadiran dan jam kerja karyawan ada konsekuensinya dengan kompensasi mereka. 
Sambil bikin kopi di dapur kantor saya nanya "tumben brur datang selalu siang"? Jawabnya "dirumah ga ada yang ngasuh anak bro jadi tiap hari kudu nganter anak dulu ke day care". Hasil dari curhatan doi menyebutkan bahwa menitipkan anak ke day care selain ada kejongjonan pada diri orang tua dan harganya yang lumayan mahal ternyata agak ribet juga buat jam kerja orang Indonesia pada umumnya. Di day care jam buka pentipan anak itu jam 8 pagi jadi kalau orang tua yang hendak menitipkan anak sebelum jam 8 itu kena biaya tambahan, begitupun ketika hendak menjemput anak sorenya, batas waktunya sampai jam 4 jika lebih akan kena biaya tambahan juga. Biaya yang cukup membuat termehek mehek kalau di akumulasi dalam satu bulan. Kinerja karyawan tidak akan maksimal bila salah satu indikator yaitu ketenangan batin tidak terpenuhi.
Seperti tema ceramah mamah dedeh tadi pagi segala sesuatu pasti ada hikmahnya, setelah pembicaraan tadi saya berkeliling lingkungan kantor coba mencari sedikit ruang untuk dijadikan tempat bermain/penitipan anak anak karyawan. Setelah dapat ide coba ngobrol ngobrol dengan beberapa MAHASISWI jurusan PGRA bagaimana cara PKL mereka setelah diambil hipotesa (hipotesa boleh salah kan) ternyata di tempat kerja saya bisa mendirikan tempat bermain anak anak balita untuk karyawan.
Segera saya menyusun misi,swat,goal,program,implementasi,dan gambaran feed back nya setelah semua terkerjakan akhirnya kertas itu disimpan kembali di laci meja kerja, saya baru sadar diri sebatas apa kewenangan saya dalam membuat kebijakan setelah sayup sayup pak bos menyetel lagu seorang penyanyi wanita yang mulai terkenal karena cita citata nya menjadi pedangdut sohor.......DA AKU MAH APA ATUH.

Walau belum bisa mengimplementasikan ide ini setidaknya ide ini layak di curi oleh para pembuat kebijakan


Foto di copy di http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/18/national/social-issues/maternity-leave-day-care-still-elude/