"Baik
saya akan pergi dari rumah ini" terdengar suara kakak membalas bentakan
ayah, sambil membanting pintu rumah, kakak meninggalkan rumah. Apa penyebab
ayah dan kakak seperti ini. waktu itu saya masih terlalu kecil untuk mengerti.
Tak
berapa lama ayah mengejar keluar, saya dan ibu merasa lega ketika ayah mengejar kakak. Terdengar
bentakan ayah dari jalan " Maung! maneh tong poho solat" (kamu
jangan lupa sholat!). sejak saat itu saya tidak tahu dimana kakak.
Tiap
kali sedang marah padaku ayah selalu berkata "jangan seperti si Maung
kakakmu" atau "kakakmu itu anak pembangkang yang tidak mau mengakui
kesalahan". Setiap mendengar perkataan ayah saya tahu, kakak sudah tidak
punya tempat dirumah ini.
Walau
bagaimanapun perkataan ayah tentang kakak, saat itu saya tetap menggangap kakak adalah pahlawan
keluarga ini, kakak yang selalu membantu masalah saya dan kak Dani.
Saya
masih ingat ketika kak Dani mengeluh pada ibu tidak mau sekolah, karena setiap
pulang sekolah diganggu oleh anak-anak pasar dimintai uang jajannya. Kak Maunglah
yang mendatangi dan anak-anak pasar, mereka berkelahi, sampai akhirnya ayah dan
orang tua mereka bertemu untuk menyelesaikan masalahnya.
Saya
pernah bertanya ke ibu dimana kakak, setelah kakak pergi ternyata ibu pernah
mengajak ayah menemui kakak, akan tetapi ayah dan kakak tetap saja tidak mau
bicara, “watak mereka sama-sama keras” ujar ibu. Bahkan ketika kak Dani menikah
pun kakak tidak datang.
Ibu pernah
bilang, kalau selepas SMA kakak bekerja di pelayaran, bahkan motor astrea saya
yang pernah ibu berikan sebenarnya hadiah dari kakak. Semakin aku ingin bertemu
kakak.
Sampai
pada suatu hari setelah hari raya Idul Adha. Kakak datang dengan seorang wanita calon istrinya, kakak
benar-benar datang menyalami ayah. Ibu terlihat bahagia, ibu benar-benar tidak bisa menyembunyikan
tangisnya. Benar kata ibu, dengan datang dan menyalami saja, ayah langsung
luluh.
Kakak
terlihat tidak seperti yang sudah pergi lama dari rumah, terihat biasa saja
ketika berbicara dengan kak dani dan
istrinya, justru saya yang merasa kaku. Menjawab pertanyaan kakak saja saya
malah terdiam. Saya menghitung dengan jari sambil bergumam, setelah tiga belas
tahun kakak akhirnya ke rumah lagi.
isuuuullll..
BalasHapusMemed
BalasHapus